Kreator lainnya, Sakti Parantean, menjelaskan bahwa video mapping adalah semacam layar tancap versi modern. Idenya sendiri muncul sekitar dua tahun lalu di Eropa yang bertujuan untuk membuat sebuah pertunjukan bagi publik di ruang publik. "Tidak ada sekolah khusus untuk mempelajarinya dan ini hasil dari kreativitas kami," ujar Adi dalam dialog Liputan 6 Pagi SCTV, Ahad (21/3).
Proyek di Museum Fatahilah sendiri menurut Adi cukup rumit karena harus bekerja sama dengan seniman Inggris. Persiapan untuk hal-hal berbau teknis saja sekitar dua bulan, sedangkan secara keseluruhan pertunjukan di Kota Tua itu menghabiskan waktu enam bulan.
Kendati demikian, menurut keduanya persiapan dari sisi kreatif tak ada masalah. Justru yang paling repot itu adalah mengurus lokasi. "Seperti di Fatahilah, perizinannya tidak mudah," jelas Sakti. Pemerintah agaknya perlu lebih memberi ruang gerak yang lebih leluasa bagi anak muda di negeri ini untuk berkreasi. [liputan6]
Berita dan Informasi Ter-Update Lainnya
Bagi yang ingin memposting Lirik Lagu / Puisi / Pantun dengan mudah dan akan langsung terposting, silahkan langsung menuju ke sini «« langsung ya diklik biar segera menuju TKP!
0 comments:
Posting Komentar